QIROATUL QUR'AN
Lam
dan Ra’
Mata
Kuliah : Ilmu Qiroatul Qur’an
Dosen Pengampu : Zainal Abidin, S.Pd,. M.Pd,. I.
AHMAD
AKHIRUDIN
ANI
NURLAILI
M.IQBAL
MAULANA MACHFUD
M.NUR HUDA
RO’ISATIN
TANJUDAN
SUKMAWINATA
TAUFIQ
ROFIQIMUBIN
Universitas
Darul ‘Ulum
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami
haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang begitu
besar, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ULUMUL QUR’AN yang berjudul
“HUKUM LAM DAN RA“ ini dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
Shalawat serta salam
semoga tetap terlimpahkan kepada Junjungan kita Rasulullah SAW yang mana telah
membawa kita semua dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang
seperti saat ini.
Kami mengucapkan
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kepada para pembaca kami mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan makalah yang kami buat selanjutnya. Semoga makalah ini benar-benar
bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi kami.
Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya dan dapat sedikit
mewujudkan pengetahuan didalam lembaran ini.
Jombang, 28 Desember 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………...................................…………….1
DAFTAR ISI …………………………………………………….…..2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG .........................................................3
B.
RUMUSAN MASALAH .................................................... 3
C.
TUJUAN MAKALAH ........................................................3
BAB II
PEMBAHASAN
A.
HUKLUM
TAJWID.............................................................4
B
MAKHRAJUL HURUF .....................................................11
C
QIRA’AH SAB’AH ...........................................................12
D.
ILMU SHOROF.................................................................13
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan………………………………….............…………….17
2.Daftar
Pustaka……………………………….....…………………18
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Makalah ini kami buat khusus nya untuk para remaja muslim yang
gemar membaca Al Qur’an agar mereka dapat lebih berhati-hati lagi dalam membaca
Al Qur’an khusus nya dalam HUKUM BACAAN LAM DAN RA.karena pada kehidupan nyata
sehari-hari sangat banyak di jumpai seseorang yang membaca Al Qur’an dengan
asal- asal an,padahal sudah pasti jika seseorang salah sedikit saja dalam
membaca Al Qur,an maka akan dapat merubah makna sesungguh nya dari Al Qur’an
itu sendiri,oleh sebab itu dengan kami buat nya makalah ini di harap kan dapat
memperbaiki cara baca seseorang dalam membaca Al Qur’an lebih baik lagim,khusus
nya dalam HUKUM BACAAN LAM DAN RA.
B. Rumusan masalah
1. Ada
berapa macam hukum bacaan lam dan ra?
2. Pada
bagian apa makhrojul huruf lam dan ra ?
3. Apa
perbedaan hukum bacaan lam dan ra menurut qiraah sab’ah?
C. Tujuan
· Agar
kita mampu memahami dengan detail hukum bacaan Ra dan Lam dari sudut pandang
hukum tajwid,mahrojul huruf,perbedaan qira’ah sab’ah dan i’lal perubahan kata
nya
· Mampu
membaca huruf Ra dan Lam sesuai dengan otopsi dan kaidah nya
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hukum tajwid
Memahami Hukum Bacaan Lam Jalalah Dan Ra’
Bacaan Lam Jalalah | Hukum Bacaan
Lam Jalalah dan ra merupakan bentuk hukum bacaan dalam Ilmu tajwid yang perlu
untuk kita pelajari . Lalu apakah yag di maksud dengan lam jalalah ? ada berapa
macam lam jalalah ? Dan apakah yang dimaksud dengan hukum bacaan ra sukun? apa
saja yang termasuk di dalamnya ? mungkin diantara kita masih ada yang bertanya
– tanya . Pada kesempatan kali ini , kita akan mempelajari keduanya.
Pengertian Hukum Bacaan Lam Jalalah
Alif lam
jalalah yaitu hukum bacaan lam dalam lafadz Allah ( الله ) dalam
Al- Qur’an . Yang artinya utuk mengagungkan Allah swt .
Cara membaca Alif lam jalalah yaitu :
1.
Tafkhim
2.
Tarqiq
A. Lam Jalalah Tafkhim
Lam jalalah
tafkhim yaitu lam jalalah yang di baca tebal .
Ciri-ciri lam jalalah tafkim:
a.berada di
awal kalimat
Contoh:
Dalam QS.Al-Ihlas ayat 2
ٱلصَّمَدُ ٱللَّهُ
Dalam QS.Al-Baqoroh 225
الْقَيُّومُ الْحَيُّ هُوَ
إِلَّا إِلَهَ لَا اللَّه
b.Lafadz jalalah setelah huruf yang berharakat
fatha.
Contoh :
Dalam QS. Al- ihlas ayat 1
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
c.lafadz jalalah berada setelah
huruf yang berharakat domah.
Contoh :
Dalam QS.Al-Hummazah ayat 6
نَارُ
اللَّهِ الْمُوقَدَةُ
B. Lam jalalah tarqiq
Lam jalalah
tarqiq lam jalalah yang dubaca tipis ciri ciri lam jalalah tarqiq yaitu lam
jalalah yang huruf sebelumnya berkharakat kasrah
Contoh bacaan
:
بِسْمِ اللّهِ
“BISMILLAHI”
Membaca lam
secara tarqiq atau tebal yaitu hanya pada lam jalalah. Sedangkan pada lafadz
yang lain walaupun sebelumnya diawali dengan huruf fathah ataupun dhummah. Akan
tetapi cara bacanya yaitu tarqiq atau tipis
HUKUM BACAAN RA’
Dalam ilmu
tajwid hukum bacaan ra’ dibagi menjadi dua. Yaitu ra’ tafkhim dan ra tarqiq
Bacaan ra’
yang dibaca tafkhim ( tebal ). Ciri cirinya :
A. Apabila ra
berkharakat fathah
B. Apabila ra
berkharakat dhommah
C. Apabila ra
berharakat sukun dan huruf sebelumnya berharakat fathah
D. Apabila Ra
berharakat sukun dan huruf sebelumnya berharakat damah
E. Apabila ada
ra’ sukun atau ra’ mati dan huruf sebelumnya berkharakat kasrah
F. Apabila ada ra’ sukun atau ra’ mati dan huruf
sebelumnya berkharakat kasrah dan huruf sesudahnya adalah huruf isti’la
G. Huruf ra sukun
yang di waqafkan dan huruf sebelumnya adalah huruf yang berkharakat fathah
H. Huruf ra sukun
yang diwaqafkan dan huruf sebelumnya adalah huruf yang berkharakat dhommah
I. Huruf ra sukun
yang di waqafkan dan huruf sebelumnya adalah huruf alif
J. Huruf ra sukun yang di waqafkan dan huruf
sebelumnya adalah huruf wawu
K. Huruf ra sukun
yang di waqafkan, dan huruf sebelumnya adalah huruf berkharakat sukun dan
diawali hruf berkharakat fathah
1. huruf ra’
sukun yang diwaqafkan dan huruf sebelumnya adalah huruf berkharakat sukun dan
diawali oleh huruf yang berkharakat dhomma
2. hukum bacaan ra tarqiq
Ciri ciri bacaan ra tarqiq :
a. apabila ra
sukun berkharakat fathah atau fathah tain
b. apabila ra
sukun didahului oleh huruf yang
berkharakat kasrah dan sesudahnya adalah huruf isti’la
c. apabila ra
berkharakat dhummah atau dhummatain dan huruf sebelumnya berupa ya’ sukun
contoh bacaan ra tarqiq :
3.
hukum bacaan tafkhim ( tebal ) :
Ciri ciri ra yang dibaca dan tarqiq :
Apabila ada
ra’ sukun didahului oleh huruf yang berkharakat kasrah dan huruf sesudah ra’
terdapat huruf isti’la yang berkharakat kasrah atau kasrahtainb. . apabila ada
ra’ sukun didahului oleh huruf yang berkharakat kasrah dan huruf sesudah ra’
terdapat huruf isti’la yang tidak berkharakat kasrah atau kasrah tain
DEMIKIAN PENJELASAN MENGENAI HUKUM BACAAN LAM
JALALAH DAN HUKUM BACAAN RA’ SEMOGA DENGAN PENJELASAN YANG SINGKAT INI DAPAT
BERMANFAAT . DAN DAPAT SEDIKIT UNTUK MENGURANGI DAN MEMPERBAIKI BACAAN BACAAN
KITA DALAM MEMBACA AL QUR’AN
Hukum Bacaan Ra' Tafkhim, Tarqiq dan jawazul wajhain + Contoh
Huruf hijaiyah ketika
bertemu ra itu ada 3 hukum bacaan yaitu Tafkhim ( Tebal ) Tarqiq ( Tipis ) dan
jawazul wajhain ( Boleh tebal boleh tipis ). Namun ada syarat tersendiri
mengapa kok ra' bisa dibaca seperti 3 model seperti itu. Oleh karena itu mari
kita bersama - sama muthala'ah tentang hukum tajwid bacaan ra'.
Agar tajiwd kita dalam membaca Al-Qur'an itu benar.
Hukum bacaan ra sukun tanpa kita sadari ternyata kita telah mempelajarinya pada waktu duduk dibangku sekolah dasar , namun karena sangking lamanya kita tidak mengulangi jadi wajar deh , kalau kita lupa , akan tetapi berbeda lagi ceritanya , meskipun kita tidak pernah mempelajarinya secara terus menerus tetapi setiap membaca Al-Qur'an langsung di praktekan ilmu tajwidnya , maka dengan sendirinya kita akan ingat terus sampai akhir hayat hehhehe.
Tanpa panjang lebar mari kita belajar hukum ra' , tapi sebelumnya alangkah baiknya jika kita melihat terlebih dahulu , skema hukum ra sebagai berikut ;
Hukum bacaan ra sukun tanpa kita sadari ternyata kita telah mempelajarinya pada waktu duduk dibangku sekolah dasar , namun karena sangking lamanya kita tidak mengulangi jadi wajar deh , kalau kita lupa , akan tetapi berbeda lagi ceritanya , meskipun kita tidak pernah mempelajarinya secara terus menerus tetapi setiap membaca Al-Qur'an langsung di praktekan ilmu tajwidnya , maka dengan sendirinya kita akan ingat terus sampai akhir hayat hehhehe.
Tanpa panjang lebar mari kita belajar hukum ra' , tapi sebelumnya alangkah baiknya jika kita melihat terlebih dahulu , skema hukum ra sebagai berikut ;
Pengertian Bacaan Ra' Tafkhim Contoh dan Cara Membacanya
Tafkhim menurut
bahasa adalah tebal , sedangkan menurut istilah Tafkhim (تَفْخِيْمُ)adalah
menebalkan huruf tertentu dengan cara mengucapkan huruf tertentu dengan cara
mengucapkan huruf di bibir (mulut) dengan menjorokkan ke depan (bahasa Jawa
mecucu).Cara membacanya yaitu dengan bibir sedikit kemuka atau
monyong.
Ra' Wajib hukumnya dibacal tebal ( tafkhim ) manakala:
Ra' Wajib hukumnya dibacal tebal ( tafkhim ) manakala:
- Ra bertanda baca fathah. Contoh:
رَحْمَةَ
اللهِ، حَشَرَةٌ، اَلرَّحِيْمِ، اَلْفُقَرَآءَ
- Ra bertanda baca dammah. Contoh:
اَ
ْلاَخْيَارُ، كَفَرُوْا، اُذْكُرُوا اللهَ، رُفِعَتْ
- Ra bertanda sukun (mati), sedang huruf di belakangnya berupa huruf yang difathah. Contoh:
مَرْحَبًا،
نَرْزُقُكُمْ، مَرْيَمُ، قَرْيَةٍ
- Ra bertanda suku, sedang huruf di belakangnya berupa huruf yang didammah. Contoh:
ذُرِّيَّةً،
قُرْبَةً، عُرْيَانًا، حُرْمَةً
- Ra yang bertanda baca sukun, sedang huruf di belakangnya berupa huruf yang dikasrah, namun kasrah ini bukan asli tetapi baru datang. Contoh:
اِرْجِعِيْ، اِرْحَمْ،
اِرْجِعُوْا، اَمِ ارْتَابُوْا
- Ra bertanda baca sukun, sedang huruf di belakangnya berharakat kasrah asli dan sesudah ra bertemu dengan huruf isti’la (حَرْفُ اِسْتِعْلاَءٍ) yang terdapat tujuh huruf yang terkumpul pada kalimat: <خُصَّ ضَغْطٍ قِظْ Contoh:
يَرْضَاهُ،
فُرْقَةٌ، لَبِالْمِرْصَادِ، قِرْطَاسٌ
Pengertian Bacaan Ra' Tarqiq Contoh dan Cara Membacanya
Menurut
bahasa Tarqiq (تَرْقِيْقٌ) adalah tibis sedangkan menurut istilah Tarqiq (تَرْقِيْقٌ)
adalah membunyikan huruf-huruf tertentu dengan suara atau bacaan tipis.
dan Cara membacanya yaitu dengan menarik bibir sedikit mundur
sehingga agak meringis.
Ra' wajib dibaca tarqiq apabila ;
- Huruf ra’ itu sendiri di baca kasroh, contoh: فَرِ يْقٌ فِي ا لْجَنَّةِ
- Huruf ra’ di baca sukun dan terletak setelah huruf yang di baca kasroh, Dan sesudahny a bukan huruf isti’la’, contoh فِرْ عَوْ نَ مِرْ يَةٍ
- Apabila dalam keadaan waaf atau di waqafkan, sedangkan huruf sebelumumnya bertanda baca kasrah. Contoh هُوَ ا لْكَا فِرُ مِنْ نَا صِرٍ تَسْتَكْثِرُ Atau dalam keadaan waqaf atau di waqafkan, sedangkan di antara Huruf ra dengan huruf yang bertanda baca kasrah terdapat huruf bertanda baca sukun, contoh: باِ لسِّحْرِ
- Apabila dalam keadaan di waqafkan, sedang huruf sebelumnya huruf ya ,Yang bertanda baca sukun, contoh: ,وَ اِ لَي ا لله ِا لْمَصِيْرُ عَلَي كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Hukum Bacaan Ra' jawazul wajhain Beserta Contohnya
jawazul wajhain ( جواز
الـوجـهـيـن ) secara
bahasa artinya boleh wajah dua , sedangkan menurut istilah jawazul
wajhain adalah ra yang boleh dibaca tafkhim (tebal) atau tarqiq (tipis). Jika
ada ra sukun didahului oleh huruf berharakat kasrah sesudahnya ada huruf
isti’la bearharakat kasrah . (huruf isti’la’ yang dikasrah + رْ + ـِـ )
.contohnya :مِنْ عِرْضِهِ - بِحِرْصٍ
Itulah 3 hukum bacaan Ra' yang terdiri dari Ra' Tafkhim, Tarqiq dan jawazul wajhainyang dilengkapi dengan contoh dan syarat - syaratnya yang dapat saya bagikan kepada sobat sekalian yang ingin mempelajari ilmu tajwid tentang bab ra' . Semoga artikel ini dapat membantu sobat memhami lebih dalam tentang ilmu
Itulah 3 hukum bacaan Ra' yang terdiri dari Ra' Tafkhim, Tarqiq dan jawazul wajhainyang dilengkapi dengan contoh dan syarat - syaratnya yang dapat saya bagikan kepada sobat sekalian yang ingin mempelajari ilmu tajwid tentang bab ra' . Semoga artikel ini dapat membantu sobat memhami lebih dalam tentang ilmu
tajwid
, cukup sekian dari saya Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
2. Makhorijul Huruf
A.Pengertian
Makhorijul Huruf
Makhorijul
huruf adalah merupakan tempat keluarnya huruf dalam melafalkan
huruf al-Qur’an. Pengertian makhraj dari segi bahasa adalah tempat keluar.
Sedangkan dari segi istilah makhraj diartikan tempat keluarnya huruf.
Mengetahui tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyyah adalah sangat penting karena
hal ini menjadi dasar dalam melafadkan huruf hijaiyyah secara benar.
Pengertian
di atas dapat dipahami bahwa makhraj merupakan tempat keluarnya huruf-huruf
yang sudah ditentukan yaitu uruf hijaiyyah, dimana dalam membaca al-Qur’an
makhorijul Qur’an harus diketahui dan benar-benar dipahami dalam rangka untuk
menciptakan bacaan al-Qur’an yang baik dan benar.
Makhorijul
Huruf ditinjau dari morfologi berasal dari Fi’il Madhi “خَرَجَ ” yang berarti
“Keluar ”. Kemudian diikutkan wazan “مَفْعَل
ٌ ” yang bershighat
isim makan menjadi “مَخْرَجٌ ” yang berarti
“Tempat Keluar ”. Bentuk jama’nya adalah “مَخَارِجُ
الْحُرُوْفِ ” yang berarti “Tempat-Tempat Keluar Huruf ”. Jadi
“Makhorijul Huruf ” adalah “Tempat-Tempat Keluarnya Huruf ”.
Secara
bahasa Makhraj artinya : مَوْضِعُ
الْخُرُوْج ِ , yang berarti tampat keluar . Sedangkan menurut
istilah , Makhraj adalah : اِسْمُ
لِلْمَحَلِّ الَّذِى يُنْشَاءُ مِنْهُ الْحَرْفُ , suatu nama
tempat yang pada huruf dibentuk (diucapkan).
Pengertian
di atas memiliki pengertian yang sama dengan defenisi sebelumnya, dimana
Makhorijul Huruf adalah tempat-tempat keluarnya huruf pada waktu huruf-huruf
itu dibunyikan.
Ketika
membaca al-Qur’an, setiap huruf harus dibunyikan sesuai dengan Makhrajnya .
Kesalahan dalam pengucapan huruf dapat menimbulkan perbedaan makna atau kesalahan
arti pada bacaan yang sedang dibaca. Dalam kondisi tertentu, kesalahan ini
bahkan dapat menyebabkan kekafiran apabila dilakukan dengan sengaja. Kesalahan
Makhraj yang menyebabkan berubahnya arti misalnya Ha’ (ح ) pada lafaz “الرَّحِيْم
ُ ” yang artinya “Maha
Penyayang ” pada kalimat basmalah yang terbaca Kha’ “الرَّخِيْم ُ” (خ ) yang artinya “Suara Merdu ”. Maka jauhlah artinya
dari apa yang dikehendaki Allah swt.
Tiap-tiap huruf hijaiyah mempunyai tempat keluarnya masing-masing
dari bagian-bagia mulut tertentu. Tempat keluar huruf ini dinamakan Makhraj.
Makhraj huruf ini dapat dikelompokkan atas:
1. Kelompok huruf-huruf Halqiah (Tenggorokan)
2. Kelompok huruf-huruf Lahawiyah (Tekak)
3. Kelompok huruf-huruf Syajariah (Tengah Lidah)
4. Kelompok huruf-huruf Asaliyah (Ujung Lidah)
5. Kelompok huruf-huruf Dzalaqiyah (Pinggir Lidah)
6. Kelompok huruf-huruf Nith'iyah (Langit-langit Mulut)
7. Kelompok huruf-huruf Litsawiyah (Gusi)
8. Kelompok huruf-huruf Syafawiyah (Bibir)
. Huruf - huruf Dzalaqiyah
Huruf-hurufnya adalah: lam, nun dan ra.
( ل ، ن ، ر )
Huruf lam ( ل ) makhrajnya adalah di ujung lidah
sejajar dengan gusi atas.
Huruf ra ( ر ) makhrajnya adalah di ujung lidah, sedikit
di bawah makhraj nun.
3.Qira'ah Sab'ah
Tentang Sejarah dan latar belakang Qira'ah Sab'ah
Al Qur'an Yang Agung
Al Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab.Dalam sejarah pemeliharaan Al Qur'an dimasa Sahabat,Tabi'in dan Tabi'it Tabi'in,ada beberapa lahjah,pembacaan dan dialek yang berbeda dalam pengucapan kata kata maupun kalimat dalam membaca Al Qur'an diantara suku suku atau qabilah qabilah Arab.Diantara lahjah lahjah bahasa Arab yang mashur ialah Lahjah lahjah Quraisy,Hudzail,Tamim,Asad,Rabi'ah Hawazin dan Sa'ad.Yang dalam tarikh melahirkan Qira'ah Sab'ah (tujuh) yang termashur itu.
Latar Belakang Qira’ah Sab’ah
1. Ta’rifnya
هو يعرف به كيفه ا لنطق في ا لكلما ت القران نيه وطر يقه ا دا تها انفا قا واختلا فا معا عرفكلوجه لنا قلها
Artinya yaitu suatu ilmu tentang tata cara mengucapkan ayat-ayat Al Qur’an baik yang disepakati maupun yang terjadi perbedaan yang disandarkan pada seorang Imam Qira’at.
Qira’at adalah bentuk ucapan (pengucapan) kalimat Al Qur’an yang di dalamnya termasuk perbedaan-perbedaan dialektis yang bersumber dari Rosululloh SAW.
Tiap-tiap Qiraat yang disandarkan pada seorang Imam memiliki kaidah-kaidah dialektika tertentu dan juga memiliki rumusan-rumusan tajwid yang berbeda-beda dalam rangka untuk membaguskan bacaannya. Dari sini dapat dikatakan bahwa Qira’at dan tajwid merupakan dua ilmu yang berbeda tetapi sangat berkaitan erat. Ilmu Qira’at mengenai bentuk peengucapan, dialektika sedangkan ilmu tajwid bagaimana mengucapkan dengan baik.
هو يعرف به كيفه ا لنطق في ا لكلما ت القران نيه وطر يقه ا دا تها انفا قا واختلا فا معا عرفكلوجه لنا قلها
Artinya yaitu suatu ilmu tentang tata cara mengucapkan ayat-ayat Al Qur’an baik yang disepakati maupun yang terjadi perbedaan yang disandarkan pada seorang Imam Qira’at.
Qira’at adalah bentuk ucapan (pengucapan) kalimat Al Qur’an yang di dalamnya termasuk perbedaan-perbedaan dialektis yang bersumber dari Rosululloh SAW.
Tiap-tiap Qiraat yang disandarkan pada seorang Imam memiliki kaidah-kaidah dialektika tertentu dan juga memiliki rumusan-rumusan tajwid yang berbeda-beda dalam rangka untuk membaguskan bacaannya. Dari sini dapat dikatakan bahwa Qira’at dan tajwid merupakan dua ilmu yang berbeda tetapi sangat berkaitan erat. Ilmu Qira’at mengenai bentuk peengucapan, dialektika sedangkan ilmu tajwid bagaimana mengucapkan dengan baik.
B. LATAR BELAKANG TIMBULNYA PERBEDAAN QIRA’AT
Beberapa faktor yang
melatar belakangi timbulnya perbedaan qira’at diantaranya yaitu :
1. Perbedaan syakkal, harokat atau huruf. Karena mushaf mushaf terdahulu tidak
menggunakan syakkal dan harokat, maka imam-imam qira’at membantu memberikan
bentuk-bentuk qira’at.
2. Nabi sendiri melantunkan berbagai versi qira’ah didepan sahabat-sahabatnya.
Seperti dalah suatu hadis:
“Dari
umar bin khathab, ia berkata, “aku mendengar hisyam bin hakim membaca surat
al-furqon di masa hidup rasulullah. aku perhatikan bacaannya. tiba-tiba ia
membaca dengan banyak huruf yang belum pernah dibacakan rasulullah kepadaku,
sehingga hampir saja aku melabraknya di saat ia shalat, tetapi aku urungkan.
maka, aku menunggunya sampai salam. begitu selesai, aku tarik pakaiannya dan
aku katakan kepadanya, ‘siapakah yang mengajarkan bacaan surat itu kepadamu?’
ia menjawab, ‘rasulullah yang membacakannya kepadaku. lalu aku katakan
kepadanya, ‘kamu dusta! demi Allah, rasulullah telah membacakan juga kepadaku
surat yang sama, tetapi tidak seperti bacaanmu. kemudian aku bawa dia menghadap
rasulullah, dan aku ceritaan kepadanya bahwa aku telah mendengar orang ini
membaca surat al-furqon dengan huruf-huruf (bacaan) yang tidak pernah engkau
bacakan kepadaku, padahal engkau sendiri telah membacakan surat al-furqon
kepadaku. maka rasulullah berkata, ‘lepaskanlah dia, hai umar. bacalah surat
tadi wahai hisyam!’ hisyam pun kemudian membacanya dengan bacaan seperti
kudengar tadi. maka kata rasulullah, ‘begitulah surat itu diturunkan.’ ia
berkata lagi, ‘bacalah, wahai umar!’ lalu aku membacanya dengan bacaan
sebagaimana diajarkan rasulullah kepadaku. maka kata rasulullah, ‘begitulah
surat itu diturunkan. Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf,
maka bacalah dengan huruf yang mudah bagimu di antaranya.’” (HR Bukhari,
Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Jarir)
3. Adanya pengakuan nabi (takrir) terhadap berbagai versi qira’ah para
sahabatnya.
4. Perbedaan riwayat dari para sahabat nabi menyangkut bacaan ayat-ayat
tertentu.
5. Karen perbedaan dialek (lahjah) dari berbagai unsur etnik dimasa nabi.
TOKOH QIRAAH
a. Nafi’ bin
Abdurrahman (w.169 H.) di Madinah
Nama lengkapnya adalah
Abu Ruwaim Nafi’ ibnu Abdurrahman ibnu Abi Na’im al-Laitsy, asalnya dari
Isfahan. Dengan kemangkatan Nafi’ berakhirlah kepemimpinan para qari di Madinah
al-Munawwarah. Beliau wafat pada tahun 169 H. Perawinya adalah Qalun wafat pada
tahun 12 H, dan Warasy wafat pada tahun 197 H.
Syaikh Syathiby
mengemukakan: “Nafi’ seorang yang mulia lagi harum namanya, memilih Madinah
sebagai tempat tinggalnya. Qolun atau Isa dan Utsman alias Warasy, sahabat
mulia yang mengembangkannya.
b. Ashim bin Abi Nujud
Al-asady (w. 127 H.) di Kufah
Nama lengkapnya adalah
‘Ashim ibnu Abi an-Nujud al-Asady. Disebut juga dengan Ibnu Bahdalah.
Panggilannya adalah Abu Bakar, ia adalah seorang tabi’in yang wafat pada
sekitar tahun 127-128 H di Kufah. Kedua Perawinya adalah; Syu’bah wafat pada
tahun 193 H dan Hafsah wafat pada tahun 180 H.
Kitab Syathiby
dalam sya’irnya mengatakan: “Di Kufah yang gemilang ada tiga orang. Keharuman
mereka melebihi wangi-wangian dari cengkeh Abu Bakar atau Ashim ibnu Iyasy
panggilannya. Syu’ba perawi utamanya lagi terkenal pula si Hafs yang terkenal
dengan ketelitiannya, itulah murid Ibnu Iyasy atau Abu Bakar yang diridhai.
c. Hamzah bin Habib
At-Taymy (w. 158 H.) di Kufah
Nama lengkapnya adalah
Hamzah Ibnu Habib Ibnu ‘Imarah az-Zayyat al-Fardhi ath-Thaimy seorang bekas
hamba ‘Ikrimah ibnu Rabi’ at-Taimy, dipanggil dengan Ibnu ‘Imarh, wafat di
Hawan pada masa Khalifah Abu Ja’far al-Manshur tahun 158 H. Kedua perawinya
adalah Khalaf wafat tahun 229 H. Dan Khallad wafat tahun 220 H. dengan
perantara Salim.
Syatiby mengemukakan:
“Hamzah sungguh Imam yang takwa, sabar dan tekun dengan Al-Qur’an, Khalaf dan
Khallad perawinya, perantaraan Salim meriwayatkannya.
d. Ibnu amir al- yahuby
(w. 118 H.) di Syam
Nama lengkapnya adalah
Abdullah al-Yahshshuby seorang qadhi di Damaskus pada masa pemerintahan Walid
ibnu Abdul Malik. Pannggilannya adalah Abu Imran. Dia adalah seorang tabi’in,
belajar qira’at dari Al-Mughirah ibnu Abi Syihab al-Mahzumy dari Utsman bin
Affan dari Rasulullah SAW. Beliau Wafat di Damaskus pada tahun 118 H. Orang
yang menjadi murid, dalam qira’atnya adalah Hisyam dan Ibnu Dzakwan.
Dalam hal ini pengarang
Asy-Syathiby mengatakan: “Damaskus tempat tinggal Ibnu ‘Amir, di sanalah
tempat yang megah buat Abdullah. Hisyam adalah sebagai penerus Abdullah.
Dzakwan juga mengambil dari sanadnya.
e. Abdullah Ibnu Katsir
(w. 130 H.) di Makkah
Nama lengkapnya adalah
Abu Muhammad Abdullah Ibnu Katsir ad-Dary al-Makky, ia adalah imam dalam hal
qira’at di Makkah, ia adalah seorang tabi’in yang pernah hidup bersama shahabat
Abdullah ibnu Jubair. Abu Ayyub al-Anshari dan Anas ibnu Malik, dia wafat di
Makkah pada tahun 130 H. Perawinya dan penerusnya adalah al-Bazy wafat pada
tahun 250 H. dan Qunbul wafat pada tahun 291 H.
Asy-Syathiby
mengemukakan: “Makkah tempat tinggal Abdullah. Ibnu Katsir panggilan kaumnya.
Ahmad al-Bazy sebagai penerusnya. Juga….. Muhammad yang disebut Qumbul namanya.
f. Abu Amr Ibnul Ala
(w. 154 H) di Basrah
Nama lengkapnya adalah
Abu ‘Amr Zabban ibnul ‘Ala’ ibnu Ammar al-Bashry, sorang guru besar pada rawi.
Disebut juga sebagai namanya dengan Yahya, menurut sebagian orang nama Abu Amr
itu nama panggilannya. Beliau wafat di Kufah pada tahun 154 H. Kedua perawinya
adalah ad-Dury wafat pada tahun 246 H. dan as-Susy wafat pada tahun 261 H.
Asy-Syathiby
mengatakan: “Imam Maziny dipanggil orang-orang dengan nama Abu ‘Amr al-Bashry,
ayahnya bernama ‘Ala, Menurunkan ilmunya pada Yahya al-Yazidy. Namanya terkenal
bagaikan sungai Evfrat. Orang yang paling shaleh diantara mereka, Abu Syua’ib
atau as-Susy berguru padanya.
g. Abu Ali Al-
Kisa’i (w. 189 H) di Kufah
Nama lengkapnya adalah
Ali Ibnu Hamzah, seorang imam nahwu golongan Kufah. Dipanggil dengan nama Abul
Hasan, menurut sebagiam orang disebut dengan nama Kisaiy karena memakai kisa
pada waktu ihram. Beliau wafat di Ranbawiyyah yaitu sebuah desa di Negeri Roy
ketika ia dalam perjalanan ke Khurasan bersama ar-Rasyid pada tahun 189 H.
Perawinya adalah Abul Harits wafat pada tahun 424 H, dan ad-Dury wafat tahun
246 H.[3]
4.Ilmu Shorof
ومعني"الله"->الإله، واله بمعني
مألوه اي معبود، لكن حذفت الهمزة تخفيفا لكثرة الإستعمال
الرمحن، اصله رحما، من فعل ثلث المجرد صحيح، رحم-يرحم رحما،والنون عود عن
التنوين. ليجعله معرفة
رحم يرحم رحما، فهو راحم وذاك مرحوم، ارحم لاترحم، مرحم، مرحم
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu tadwid adalah ilmu yang membahas tata cara
mengucapkan setiap huruf dari tewmpat keluarnya serta memberikan haq dan
mustahaq dari sifat-sifatnya,dalam hal ini kami menyoroti lebih detail lagi
yaitu huruf ro dan lam,sehingga nantinya dapat mengantarkan menjadi pedoman
membaca al quran yg baik dan benar yang dalam istilah ilmu al quran di sebut
tartil.kami mencoba menyajikan sedetail mungkin dari aspek sudut pandang ilmu
tajwid,mahkkrijul huruf,perbedaan menurut imam yg tujuh atau qiroah sabah,dan
dari sudut pandang perubahan kaliamat dari hukum yang berkaitan.
Daftar Pustaka
Tajwid Pengarang KH. Imam Zarkasyi, Qa’idah bagaimana mestinya
membaca Al Qur’an untuk pelajaran permulaan, Diterbitkan oleh TRIMURTI PRESS
Gontor Ponorogo
Dicetak oleh percetakan TRIMURTI d.a Komplek Modern
Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur.
Qiro’ati Pengarang KH. Dahlan Salim Zarkasyi, Diterbitkan oleh Yayasan Pendidikan
Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin Semarang
Shorof Kitab amtsilati tasyrifiah, Pengarang Syekh Muhammad
Maksum bin Ali Diterbitkan oleh Al
Madinah
Komentar
Posting Komentar