Nama : Tanjudan Sukmawinata
Nim : 201704010016
Semester 1
QIRO’ATUL QUR’AN
LAM DAN RA
Dosen Pengampu : Drs.ZAINAL ABIDIN,M.Pd.I
DI SUSUN OLEH :
»AHMAD AKHIRUDIN
»ANI NURLAILI
»M.IQBAL MAULANA MACHFUD
»M.NUR HUDA
»RO’ISATIN
»TANJUDAN SUKMAWINATA
»TAUFIQ ROFIQIMUBIN
FAKULTAS
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
DARUL ULUM JOMBANG
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami haturkan
kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar,
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ULUMUL QUR’AN yang berjudul “HUKUM
LAM DAN RA“ ini dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Shalawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada Junjungan kita Rasulullah SAW yang mana telah membawa kita
semua dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari
bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kepada para
pembaca kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan makalah yang kami
buat selanjutnya. Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi para pembaca
dan khususnya bagi kami.
Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya dan dapat sedikit mewujudkan
pengetahuan didalam lembaran ini.
Jombang, 28 Desember 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................1
DAFTAR ISI
................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
..............................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH
.........................................................................................3
C. TUJUAN MAKALAH
............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. HUKLUM
TAJWID.................................................................................................4
B MAKHRAJUL HURUF .........................................................................................11
C QIRA’AH SAB’AH
................................................................................................12
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan ..........................................................................................................16
2. Daftar Pustaka
......................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Makalah ini kami buat khusus nya untuk para remaja muslim yang gemar
membaca Al Qur’an agar mereka dapat lebih berhati-hati lagi dalam membaca Al
Qur’an khusus nya dalam HUKUM BACAAN LAM DAN RA.karena pada kehidupan nyata
sehari-hari sangat banyak di jumpai seseorang yang membaca Al Qur’an dengan
asal- asal an,padahal sudah pasti jika seseorang salah sedikit saja dalam
membaca Al Qur,an maka akan dapat merubah makna sesungguh nya dari Al Qur’an
itu sendiri,oleh sebab itu dengan kami buat nya makalah ini di harap kan dapat
memperbaiki cara baca seseorang dalam membaca Al Qur’an lebih baik lagim,khusus
nya dalam HUKUM BACAAN LAM DAN RA.
B. Rumusan masalah
1.
Ada berapa macam hukum bacaan lam dan ra?
2.
Pada bagian apa makhrojul huruf lam dan ra ?
3.
Apa perbedaan hukum bacaan lam dan ra menurut qiraah sab’ah?
C. Tujuan
·
Agar kita mampu memahami dengan detail hukum bacaan Ra dan Lam dari sudut
pandang hukum tajwid,mahrojul huruf,perbedaan qira’ah sab’ah dan i’lal
perubahan kata nya
·
Mampu membaca huruf Ra dan Lam sesuai dengan otopsi dan kaidah nya
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hukum
tajwid
Memahami Hukum
Bacaan Lam Jalalah Dan Ra’
Bacaan Lam Jalalah Hukum
Bacaan Lam Jalalah dan ra merupakan bentuk hukum bacaan dalam Ilmu tajwid yang
perlu untuk kita pelajari . Lalu apakah yag di maksud dengan lam jalalah ? ada
berapa macam lam jalalah ? Dan apakah yang dimaksud dengan hukum bacaan ra
sukun? apa saja yang termasuk di dalamnya ? mungkin diantara kita masih ada
yang bertanya – tanya . Pada kesempatan kali ini , kita akan mempelajari
keduanya.
Pengertian Hukum Bacaan
Lam Jalalah
Alif
lam jalalah yaitu hukum bacaan lam dalam lafadz Allah ( الله ) dalam
Al- Qur’an . Yang artinya utuk mengagungkan Allah swt .
Cara membaca Alif lam
jalalah yaitu :
1. Tafkhim
2. Tarqiq
A. Lam Jalalah
Tafkhim
Lam jalalah tafkhim yaitu lam jalalah yang di baca
tebal .
Ciri-ciri lam jalalah tafkim:
a.berada di awal kalimat
Contoh:
Dalam QS.Al-Ihlas ayat 2
ٱلصَّمَدُ ٱللَّهُ
Dalam
QS.Al-Baqoroh 225
الْقَيُّومُ
الْحَيُّ هُوَ إِلَّا إِلَهَ لَا اللَّه
b.Lafadz
jalalah setelah huruf yang berharakat fatha.
Contoh :
Dalam
QS. Al- ihlas ayat 1
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
c.lafadz
jalalah berada setelah huruf yang berharakat domah.
Contoh :
Dalam
QS.Al-Hummazah ayat 6
نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ
B. Lam jalalah tarqiq
Lam jalalah tarqiq lam jalalah yang dubaca tipis ciri
ciri lam jalalah tarqiq yaitu lam jalalah yang huruf sebelumnya berkharakat
kasrah
Contoh bacaan :
بِسْمِ اللّهِ
“BISMILLAHI”
Membaca lam secara tarqiq atau tebal yaitu hanya pada
lam jalalah. Sedangkan pada lafadz yang lain walaupun sebelumnya diawali dengan
huruf fathah ataupun dhummah. Akan tetapi cara bacanya yaitu tarqiq atau tipis
HUKUM BACAAN RA’
Dalam ilmu tajwid hukum bacaan ra’ dibagi menjadi dua.
Yaitu ra’ tafkhim dan ra tarqiq
Bacaan ra’ yang dibaca tafkhim ( tebal ). Ciri cirinya
:
A.
Apabila ra berkharakat fathah
B.
Apabila ra berkharakat dhommah
C.
Apabila ra berharakat sukun dan huruf sebelumnya berharakat fathah
D.
Apabila Ra berharakat sukun dan huruf sebelumnya berharakat damah
E.
Apabila ada ra’ sukun atau ra’ mati dan huruf sebelumnya berkharakat kasrah
F.
Apabila ada ra’ sukun atau ra’ mati dan huruf sebelumnya berkharakat
kasrah dan huruf sesudahnya adalah huruf isti’la
G. Huruf
ra sukun yang di waqafkan dan huruf sebelumnya adalah huruf yang berkharakat
fathah
H. Huruf
ra sukun yang diwaqafkan dan huruf sebelumnya adalah huruf yang berkharakat
dhommah
I.
Huruf ra sukun yang di waqafkan dan huruf sebelumnya adalah huruf alif
J.
Huruf ra sukun yang di waqafkan dan huruf sebelumnya adalah huruf wawu
K. Huruf
ra sukun yang di waqafkan, dan huruf sebelumnya adalah huruf berkharakat sukun
dan diawali hruf berkharakat fathah
1. huruf ra’ sukun yang diwaqafkan dan huruf
sebelumnya adalah huruf berkharakat sukun dan diawali oleh huruf yang
berkharakat dhomma
2. hukum bacaan ra tarqiq
Ciri ciri bacaan ra tarqiq :
a.
apabila ra sukun berkharakat fathah atau fathah tain
b.
apabila ra sukun didahului oleh huruf yang berkharakat kasrah dan
sesudahnya adalah huruf isti’la
c.
apabila ra berkharakat dhummah atau dhummatain dan huruf sebelumnya berupa ya’
sukun
3. hukum bacaan tafkhim (
tebal ) :
Ciri ciri ra yang dibaca dan
tarqiq :
Apabila ada ra’ sukun didahului oleh huruf yang
berkharakat kasrah dan huruf sesudah ra’ terdapat huruf isti’la yang
berkharakat kasrah atau kasrahtainb. . apabila ada ra’ sukun didahului oleh
huruf yang berkharakat kasrah dan huruf sesudah ra’ terdapat huruf isti’la yang
tidak berkharakat kasrah atau kasrah tain
DEMIKIAN PENJELASAN MENGENAI HUKUM BACAAN LAM JALALAH
DAN HUKUM BACAAN RA’ SEMOGA DENGAN PENJELASAN YANG SINGKAT INI DAPAT BERMANFAAT
. DAN DAPAT SEDIKIT UNTUK MENGURANGI DAN MEMPERBAIKI BACAAN BACAAN KITA DALAM
MEMBACA AL QUR’AN
Hukum Bacaan Ra' Tafkhim, Tarqiq
dan jawazul wajhain + Contoh
Huruf
hijaiyah ketika bertemu ra itu ada 3 hukum bacaan yaitu Tafkhim ( Tebal )
Tarqiq ( Tipis ) dan jawazul wajhain ( Boleh tebal boleh tipis ). Namun ada
syarat tersendiri mengapa kok ra' bisa dibaca seperti 3 model seperti itu. Oleh
karena itu mari kita bersama - sama muthala'ah tentang hukum tajwid
bacaan ra'. Agar tajiwd kita dalam membaca Al-Qur'an itu benar.
Hukum bacaan ra sukun tanpa kita sadari ternyata kita telah mempelajarinya pada waktu duduk dibangku sekolah dasar , namun karena sangking lamanya kita tidak mengulangi jadi wajar deh , kalau kita lupa , akan tetapi berbeda lagi ceritanya , meskipun kita tidak pernah mempelajarinya secara terus menerus tetapi setiap membaca Al-Qur'an langsung di praktekan ilmu tajwidnya , maka dengan sendirinya kita akan ingat terus sampai akhir hayat.
Tanpa panjang lebar mari kita belajar hukum ra' , tapi sebelumnya alangkah baiknya jika kita melihat terlebih dahulu , skema hukum ra sebagai berikut ;
Hukum bacaan ra sukun tanpa kita sadari ternyata kita telah mempelajarinya pada waktu duduk dibangku sekolah dasar , namun karena sangking lamanya kita tidak mengulangi jadi wajar deh , kalau kita lupa , akan tetapi berbeda lagi ceritanya , meskipun kita tidak pernah mempelajarinya secara terus menerus tetapi setiap membaca Al-Qur'an langsung di praktekan ilmu tajwidnya , maka dengan sendirinya kita akan ingat terus sampai akhir hayat.
Tanpa panjang lebar mari kita belajar hukum ra' , tapi sebelumnya alangkah baiknya jika kita melihat terlebih dahulu , skema hukum ra sebagai berikut ;
Pengertian Bacaan Ra'
Tafkhim Contoh dan Cara Membacanya
Tafkhim
menurut bahasa adalah tebal , sedangkan menurut istilah Tafkhim
(تَفْخِيْمُ)adalah menebalkan huruf tertentu dengan cara mengucapkan huruf
tertentu dengan cara mengucapkan huruf di bibir (mulut) dengan menjorokkan ke
depan (bahasa Jawa mecucu).Cara membacanya yaitu dengan bibir
sedikit kemuka atau monyong.
Ra' Wajib hukumnya dibacal tebal ( tafkhim ) manakala:
Ra' Wajib hukumnya dibacal tebal ( tafkhim ) manakala:
- Ra bertanda baca fathah. Contoh:
رَحْمَةَ اللهِ، حَشَرَةٌ، اَلرَّحِيْمِ،
اَلْفُقَرَآءَ
- Ra bertanda baca dammah. Contoh:
اَ ْلاَخْيَارُ، كَفَرُوْا، اُذْكُرُوا اللهَ،
رُفِعَتْ
- Ra bertanda sukun (mati), sedang huruf di belakangnya berupa huruf yang difathah. Contoh:
مَرْحَبًا، نَرْزُقُكُمْ، مَرْيَمُ، قَرْيَةٍ
- Ra bertanda suku, sedang huruf di belakangnya berupa huruf yang didammah. Contoh:
ذُرِّيَّةً، قُرْبَةً، عُرْيَانًا، حُرْمَةً
- Ra yang bertanda baca sukun, sedang huruf di belakangnya berupa huruf yang dikasrah, namun kasrah ini bukan asli tetapi baru datang. Contoh:
اِرْجِعِيْ، اِرْحَمْ، اِرْجِعُوْا، اَمِ ارْتَابُوْا
- Ra bertanda baca sukun, sedang huruf di belakangnya berharakat kasrah asli dan sesudah ra bertemu dengan huruf isti’la (حَرْفُ اِسْتِعْلاَءٍ) yang terdapat tujuh huruf yang terkumpul pada kalimat: <خُصَّ ضَغْطٍ قِظْ Contoh:
يَرْضَاهُ، فُرْقَةٌ، لَبِالْمِرْصَادِ، قِرْطَاسٌ
Pengertian Bacaan Ra' Tarqiq Contoh dan
Cara Membacanya
Menurut bahasa Tarqiq (تَرْقِيْقٌ) adalah tibis
sedangkan menurut istilah Tarqiq (تَرْقِيْقٌ) adalah membunyikan
huruf-huruf tertentu dengan suara atau bacaan tipis. dan Cara
membacanya yaitu dengan menarik bibir sedikit mundur sehingga agak
meringis.
Ra' wajib dibaca tarqiq apabila ;
- Huruf ra’ itu sendiri di baca kasroh, contoh: فَرِ يْقٌ فِي ا لْجَنَّةِ
- Huruf ra’ di baca sukun dan terletak setelah huruf yang di baca kasroh, Dan sesudahny a bukan huruf isti’la’, contoh فِرْ عَوْ نَ مِرْ يَةٍ
- Apabila dalam keadaan waaf atau di waqafkan, sedangkan huruf sebelumumnya bertanda baca kasrah. Contoh هُوَ ا لْكَا فِرُ مِنْ نَا صِرٍ تَسْتَكْثِرُ Atau dalam keadaan waqaf atau di waqafkan, sedangkan di antara Huruf ra dengan huruf yang bertanda baca kasrah terdapat huruf bertanda baca sukun, contoh: باِ لسِّحْرِ
- Apabila dalam keadaan di waqafkan, sedang huruf sebelumnya huruf ya ,Yang bertanda baca sukun, contoh: ,وَ اِ لَي ا لله ِا لْمَصِيْرُ عَلَي كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Hukum Bacaan Ra' jawazul
wajhain Beserta Contohnya
jawazul wajhain ( جواز الـوجـهـيـن ) secara
bahasa artinya boleh wajah dua , sedangkan menurut istilah jawazul
wajhain adalah ra yang boleh dibaca tafkhim (tebal) atau tarqiq (tipis). Jika
ada ra sukun didahului oleh huruf berharakat kasrah sesudahnya ada huruf
isti’la bearharakat kasrah . (huruf isti’la’ yang dikasrah +
رْ + ـِـ ) .contohnya :مِنْ عِرْضِهِ -
بِحِرْصٍ
Itulah 3 hukum bacaan Ra' yang terdiri dari Ra' Tafkhim, Tarqiq dan jawazul wajhainyang dilengkapi dengan contoh dan syarat - syaratnya yang dapat saya bagikan kepada sobat sekalian yang ingin mempelajari ilmu tajwid tentang bab ra' . Semoga artikel ini dapat membantu sobat memhami lebih dalam tentang ilmu
Itulah 3 hukum bacaan Ra' yang terdiri dari Ra' Tafkhim, Tarqiq dan jawazul wajhainyang dilengkapi dengan contoh dan syarat - syaratnya yang dapat saya bagikan kepada sobat sekalian yang ingin mempelajari ilmu tajwid tentang bab ra' . Semoga artikel ini dapat membantu sobat memhami lebih dalam tentang ilmu
tajwid , cukup sekian dari saya Wassalamualaikum
warohmatullahi wabarokatuh
2.
Makhorijul Huruf
A.PENGERTIAN
Makhorijul huruf adalah merupakan tempat keluarnya huruf dalam melafalkan
huruf al-Qur’an. Pengertian makhraj dari segi bahasa adalah tempat keluar.
Sedangkan dari segi istilah makhraj diartikan tempat keluarnya huruf.
Mengetahui tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyyah adalah sangat penting karena
hal ini menjadi dasar dalam melafadkan huruf hijaiyyah secara benar.
Pengertian di atas dapat dipahami bahwa makhraj merupakan tempat keluarnya
huruf-huruf yang sudah ditentukan yaitu uruf hijaiyyah, dimana dalam membaca
al-Qur’an makhorijul Qur’an harus diketahui dan benar-benar dipahami dalam
rangka untuk menciptakan bacaan al-Qur’an yang baik dan benar.
Makhorijul Huruf ditinjau dari morfologi berasal dari Fi’il Madhi
“خَرَجَ ” yang berarti “Keluar ”. Kemudian diikutkan wazan “مَفْعَل
ٌ ” yang bershighat isim makan menjadi “مَخْرَجٌ ” yang berarti
“Tempat Keluar ”. Bentuk jama’nya adalah “مَخَارِجُ الْحُرُوْفِ ”
yang berarti “Tempat-Tempat Keluar Huruf ”. Jadi “Makhorijul Huruf ” adalah
“Tempat-Tempat Keluarnya Huruf ”.
Secara bahasa Makhraj artinya : مَوْضِعُ الْخُرُوْج ِ ,
yang berarti tampat keluar . Sedangkan menurut istilah , Makhraj adalah
: اِسْمُ لِلْمَحَلِّ الَّذِى يُنْشَاءُ مِنْهُ الْحَرْفُ , suatu
nama tempat yang pada huruf dibentuk (diucapkan).
Pengertian di atas memiliki pengertian yang sama dengan defenisi
sebelumnya, dimana Makhorijul Huruf adalah tempat-tempat keluarnya huruf pada
waktu huruf-huruf itu dibunyikan.
Ketika membaca al-Qur’an, setiap huruf harus dibunyikan sesuai dengan
Makhrajnya . Kesalahan dalam pengucapan huruf dapat menimbulkan perbedaan makna
atau kesalahan arti pada bacaan yang sedang dibaca. Dalam kondisi tertentu,
kesalahan ini bahkan dapat menyebabkan kekafiran apabila dilakukan dengan
sengaja. Kesalahan Makhraj yang menyebabkan berubahnya arti misalnya Ha’
(ح ) pada lafaz “الرَّحِيْم ُ ” yang artinya “Maha Penyayang ”
pada kalimat basmalah yang terbaca Kha’ “الرَّخِيْم ُ” (خ ) yang
artinya “Suara Merdu ”. Maka jauhlah artinya dari apa yang dikehendaki Allah
swt.
Tiap-tiap huruf hijaiyah
mempunyai tempat keluarnya masing-masing dari bagian-bagia mulut tertentu.
Tempat keluar huruf ini dinamakan Makhraj. Makhraj huruf ini dapat
dikelompokkan atas:
1. Kelompok
huruf-huruf Halqiah (Tenggorokan)
2. Kelompok
huruf-huruf Lahawiyah (Tekak)
3. Kelompok
huruf-huruf Syajariah (Tengah Lidah)
4. Kelompok
huruf-huruf Asaliyah (Ujung Lidah)
5. Kelompok
huruf-huruf Dzalaqiyah (Pinggir Lidah)
6. Kelompok
huruf-huruf Nith'iyah (Langit-langit Mulut)
7. Kelompok
huruf-huruf Litsawiyah (Gusi)
8. Kelompok
huruf-huruf Syafawiyah (Bibir)
. Huruf - huruf Dzalaqiyah
Huruf-hurufnya
adalah: lam, nun dan ra. ( ل ، ن ، ر )
Huruf lam ( ل )
makhrajnya adalah di ujung lidah sejajar dengan gusi atas.
Huruf ra ( ر )
makhrajnya adalah di ujung lidah, sedikit di bawah makhraj nun.
3.Qira'ah
Sab'ah
Tentang Sejarah
dan latar belakang Qira'ah Sab'ah
Al Qur'an Yang Agung
Al Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab.Dalam sejarah pemeliharaan Al Qur'an dimasa Sahabat,Tabi'in dan Tabi'it Tabi'in,ada beberapa lahjah,pembacaan dan dialek yang berbeda dalam pengucapan kata kata maupun kalimat dalam membaca Al Qur'an diantara suku suku atau qabilah qabilah Arab.Diantara lahjah lahjah bahasa Arab yang mashur ialah Lahjah lahjah Quraisy,Hudzail,Tamim,Asad,Rabi'ah Hawazin dan Sa'ad.Yang dalam tarikh melahirkan Qira'ah Sab'ah (tujuh) yang termashur itu.
Latar Belakang Qira’ah Sab’ah
1. Ta’rifnya
هو يعرف به كيفه ا لنطق في ا لكلما ت القران نيه وطر يقه ا دا تها انفا قا واختلا فا معا عرفكلوجه لنا قلها
Artinya yaitu suatu ilmu tentang tata cara mengucapkan ayat-ayat Al Qur’an baik yang disepakati maupun yang terjadi perbedaan yang disandarkan pada seorang Imam Qira’at.
Qira’at adalah bentuk ucapan (pengucapan) kalimat Al Qur’an yang di dalamnya termasuk perbedaan-perbedaan dialektis yang bersumber dari Rosululloh SAW.
Tiap-tiap Qiraat yang disandarkan pada seorang Imam memiliki kaidah-kaidah dialektika tertentu dan juga memiliki rumusan-rumusan tajwid yang berbeda-beda dalam rangka untuk membaguskan bacaannya. Dari sini dapat dikatakan bahwa Qira’at dan tajwid merupakan dua ilmu yang berbeda tetapi sangat berkaitan erat. Ilmu Qira’at mengenai bentuk peengucapan, dialektika sedangkan ilmu tajwid bagaimana mengucapkan dengan baik.
هو يعرف به كيفه ا لنطق في ا لكلما ت القران نيه وطر يقه ا دا تها انفا قا واختلا فا معا عرفكلوجه لنا قلها
Artinya yaitu suatu ilmu tentang tata cara mengucapkan ayat-ayat Al Qur’an baik yang disepakati maupun yang terjadi perbedaan yang disandarkan pada seorang Imam Qira’at.
Qira’at adalah bentuk ucapan (pengucapan) kalimat Al Qur’an yang di dalamnya termasuk perbedaan-perbedaan dialektis yang bersumber dari Rosululloh SAW.
Tiap-tiap Qiraat yang disandarkan pada seorang Imam memiliki kaidah-kaidah dialektika tertentu dan juga memiliki rumusan-rumusan tajwid yang berbeda-beda dalam rangka untuk membaguskan bacaannya. Dari sini dapat dikatakan bahwa Qira’at dan tajwid merupakan dua ilmu yang berbeda tetapi sangat berkaitan erat. Ilmu Qira’at mengenai bentuk peengucapan, dialektika sedangkan ilmu tajwid bagaimana mengucapkan dengan baik.
2. Dasar
Hukumnya
Agar al Qur’an mudah dibaca sebagian kabilah arab yang kenyataannya pada masa itu mereka mempunyai tingkat yang berbeda beda, maka Rosulullah membuat legitimasi bacaaan Al Qur’an dari Allh AWT untuk dialek bahasa yang mereka miliki.
Banyak hadis-hadis nabi yang menerangkan bahwa Allah telah mengizinkan bacaan Al Qur’an dengan tujuh wajah umat Islam mudah membacanya.
Dari Ibnu Abas RA ia berkata: Rasulullah bersabda.
اقرانيجبرل علي حرف فربعته فلم ازل يده ويزيدنيحتي انتهيعلي سبعة احرف (روه البخاري ومسلم)
Artinya: jibril telah memberikan Al Qur’an kepadaku dengan satu huruf, lalu aku senantiasa mendesah dan berulang kali meminta agar ditambah, dan ia menambahnya hingga sampai tujuh huruf (HR. Bukhori Muslim)
Imam Bukhori dan Muslim juga telah meriwayatkan satu hadis bahwa Umar bin Khotob ra berkata yang artinya: pada suatu hari di masa hidup Rasulullah SAW, aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca Surah Al Furqon dan aku memperhatikan bacaannya, ternyata ia membaca dengan huruf yang banyak, belum pernah Rosulullah membacakan kepadaku. Hampir saja aku menerkamnya yang masih dalam keadaan sholat itu, tetapi aku bersabar hingga ia salam. Kemudian aku pegang leher bajunya seraya bertanya dari mana ia memperoleh bacaan seperti itu. Hisyam menjawab; bahwa Rasul telah membacakan kepadanya. Engkau bohong. Sebab Rosul telah membacakan kepadaku tidak seperti itu, kataku. Kemudian ku ajak ia menghadap Rosul dan menceritakan kejadian itu. Kemudian Rosul meminta Hisyam mengulangi bacaannya, dan setelah selesai maka Rosul pun bersabda: Demikianlah Al Qur’an diturunkan dan kemudian beliau pun bersabda: Sesungguhnya Al Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf maka bacalah mana yang mudah (H.R. Bukhari, Muslim dari hadist Miskar bin Rokhimah dan Abdul Rahmah dan Abdul Qori’)
Agar al Qur’an mudah dibaca sebagian kabilah arab yang kenyataannya pada masa itu mereka mempunyai tingkat yang berbeda beda, maka Rosulullah membuat legitimasi bacaaan Al Qur’an dari Allh AWT untuk dialek bahasa yang mereka miliki.
Banyak hadis-hadis nabi yang menerangkan bahwa Allah telah mengizinkan bacaan Al Qur’an dengan tujuh wajah umat Islam mudah membacanya.
Dari Ibnu Abas RA ia berkata: Rasulullah bersabda.
اقرانيجبرل علي حرف فربعته فلم ازل يده ويزيدنيحتي انتهيعلي سبعة احرف (روه البخاري ومسلم)
Artinya: jibril telah memberikan Al Qur’an kepadaku dengan satu huruf, lalu aku senantiasa mendesah dan berulang kali meminta agar ditambah, dan ia menambahnya hingga sampai tujuh huruf (HR. Bukhori Muslim)
Imam Bukhori dan Muslim juga telah meriwayatkan satu hadis bahwa Umar bin Khotob ra berkata yang artinya: pada suatu hari di masa hidup Rasulullah SAW, aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca Surah Al Furqon dan aku memperhatikan bacaannya, ternyata ia membaca dengan huruf yang banyak, belum pernah Rosulullah membacakan kepadaku. Hampir saja aku menerkamnya yang masih dalam keadaan sholat itu, tetapi aku bersabar hingga ia salam. Kemudian aku pegang leher bajunya seraya bertanya dari mana ia memperoleh bacaan seperti itu. Hisyam menjawab; bahwa Rasul telah membacakan kepadanya. Engkau bohong. Sebab Rosul telah membacakan kepadaku tidak seperti itu, kataku. Kemudian ku ajak ia menghadap Rosul dan menceritakan kejadian itu. Kemudian Rosul meminta Hisyam mengulangi bacaannya, dan setelah selesai maka Rosul pun bersabda: Demikianlah Al Qur’an diturunkan dan kemudian beliau pun bersabda: Sesungguhnya Al Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf maka bacalah mana yang mudah (H.R. Bukhari, Muslim dari hadist Miskar bin Rokhimah dan Abdul Rahmah dan Abdul Qori’)
B. LATAR BELAKANG TIMBULNYA
PERBEDAAN QIRA’AT
Beberapa faktor yang melatar
belakangi timbulnya perbedaan qira’at diantaranya yaitu :
- Perbedaan syakkal, harokat atau huruf. Karena mushaf mushaf terdahulu tidak menggunakan syakkal dan harokat, maka imam-imam qira’at membantu memberikan bentuk-bentuk qira’at.
- Nabi sendiri melantunkan berbagai versi qira’ah didepan sahabat-sahabatnya. Seperti dalah suatu hadis:
“Dari
umar bin khathab, ia berkata, “aku mendengar hisyam bin hakim membaca surat
al-furqon di masa hidup rasulullah. aku perhatikan bacaannya. tiba-tiba ia
membaca dengan banyak huruf yang belum pernah dibacakan rasulullah kepadaku,
sehingga hampir saja aku melabraknya di saat ia shalat, tetapi aku urungkan.
maka, aku menunggunya sampai salam. begitu selesai, aku tarik pakaiannya dan
aku katakan kepadanya, ‘siapakah yang mengajarkan bacaan surat itu kepadamu?’
ia menjawab, ‘rasulullah yang membacakannya kepadaku. lalu aku katakan
kepadanya, ‘kamu dusta! demi Allah, rasulullah telah membacakan juga kepadaku
surat yang sama, tetapi tidak seperti bacaanmu. kemudian aku bawa dia menghadap
rasulullah, dan aku ceritaan kepadanya bahwa aku telah mendengar orang ini
membaca surat al-furqon dengan huruf-huruf (bacaan) yang tidak pernah engkau
bacakan kepadaku, padahal engkau sendiri telah membacakan surat al-furqon
kepadaku. maka rasulullah berkata, ‘lepaskanlah dia, hai umar. bacalah surat
tadi wahai hisyam!’ hisyam pun kemudian membacanya dengan bacaan seperti
kudengar tadi. maka kata rasulullah, ‘begitulah surat itu diturunkan.’ ia
berkata lagi, ‘bacalah, wahai umar!’ lalu aku membacanya dengan bacaan
sebagaimana diajarkan rasulullah kepadaku. maka kata rasulullah, ‘begitulah
surat itu diturunkan. Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf,
maka bacalah dengan huruf yang mudah bagimu di antaranya.’” (HR Bukhari,
Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Jarir)
3. Adanya pengakuan nabi (takrir) terhadap berbagai versi qira’ah para
sahabatnya.
4. Perbedaan riwayat dari para sahabat nabi menyangkut bacaan ayat-ayat
tertentu.
5. Karen perbedaan dialek (lahjah) dari berbagai unsur etnik dimasa nabi.
TOKOH QIRAAH
a. Nafi’ bin Abdurrahman (w.169 H.) di Madinah
Nama lengkapnya adalah Abu Ruwaim
Nafi’ ibnu Abdurrahman ibnu Abi Na’im al-Laitsy, asalnya dari Isfahan. Dengan
kemangkatan Nafi’ berakhirlah kepemimpinan para qari di Madinah al-Munawwarah.
Beliau wafat pada tahun 169 H. Perawinya adalah Qalun wafat pada tahun 12 H,
dan Warasy wafat pada tahun 197 H.
Syaikh Syathiby mengemukakan: “Nafi’
seorang yang mulia lagi harum namanya, memilih Madinah sebagai tempat
tinggalnya. Qolun atau Isa dan Utsman alias Warasy, sahabat mulia yang
mengembangkannya.
b. Ashim bin Abi Nujud Al-asady (w. 127 H.) di Kufah
Nama lengkapnya adalah ‘Ashim ibnu Abi
an-Nujud al-Asady. Disebut juga dengan Ibnu Bahdalah. Panggilannya adalah Abu
Bakar, ia adalah seorang tabi’in yang wafat pada sekitar tahun 127-128 H di
Kufah. Kedua Perawinya adalah; Syu’bah wafat pada tahun 193 H dan Hafsah wafat
pada tahun 180 H.
Kitab Syathiby dalam
sya’irnya mengatakan: “Di Kufah yang gemilang ada tiga orang. Keharuman mereka
melebihi wangi-wangian dari cengkeh Abu Bakar atau Ashim ibnu Iyasy
panggilannya. Syu’ba perawi utamanya lagi terkenal pula si Hafs yang terkenal
dengan ketelitiannya, itulah murid Ibnu Iyasy atau Abu Bakar yang diridhai.
c. Hamzah bin Habib At-Taymy (w. 158 H.) di Kufah
Nama lengkapnya adalah Hamzah Ibnu
Habib Ibnu ‘Imarah az-Zayyat al-Fardhi ath-Thaimy seorang bekas hamba ‘Ikrimah
ibnu Rabi’ at-Taimy, dipanggil dengan Ibnu ‘Imarh, wafat di Hawan pada masa
Khalifah Abu Ja’far al-Manshur tahun 158 H. Kedua perawinya adalah Khalaf wafat
tahun 229 H. Dan Khallad wafat tahun 220 H. dengan perantara Salim.
Syatiby mengemukakan: “Hamzah
sungguh Imam yang takwa, sabar dan tekun dengan Al-Qur’an, Khalaf dan Khallad
perawinya, perantaraan Salim meriwayatkannya.
d. Ibnu amir al- yahuby (w. 118 H.) di Syam
Nama lengkapnya adalah Abdullah
al-Yahshshuby seorang qadhi di Damaskus pada masa pemerintahan Walid ibnu Abdul
Malik. Pannggilannya adalah Abu Imran. Dia adalah seorang tabi’in, belajar
qira’at dari Al-Mughirah ibnu Abi Syihab al-Mahzumy dari Utsman bin Affan dari
Rasulullah SAW. Beliau Wafat di Damaskus pada tahun 118 H. Orang yang menjadi
murid, dalam qira’atnya adalah Hisyam dan Ibnu Dzakwan.
Dalam hal ini pengarang Asy-Syathiby
mengatakan: “Damaskus tempat tinggal Ibnu ‘Amir, di sanalah tempat yang megah
buat Abdullah. Hisyam adalah sebagai penerus Abdullah. Dzakwan juga mengambil
dari sanadnya.
e. Abdullah Ibnu Katsir (w. 130 H.) di Makkah
Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad
Abdullah Ibnu Katsir ad-Dary al-Makky, ia adalah imam dalam hal qira’at di
Makkah, ia adalah seorang tabi’in yang pernah hidup bersama shahabat Abdullah
ibnu Jubair. Abu Ayyub al-Anshari dan Anas ibnu Malik, dia wafat di Makkah pada
tahun 130 H. Perawinya dan penerusnya adalah al-Bazy wafat pada tahun 250 H.
dan Qunbul wafat pada tahun 291 H.
Asy-Syathiby mengemukakan: “Makkah
tempat tinggal Abdullah. Ibnu Katsir panggilan kaumnya. Ahmad al-Bazy sebagai
penerusnya. Juga….. Muhammad yang disebut Qumbul namanya.
f. Abu Amr Ibnul Ala (w. 154 H) di Basrah
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Amr
Zabban ibnul ‘Ala’ ibnu Ammar al-Bashry, sorang guru besar pada rawi. Disebut juga
sebagai namanya dengan Yahya, menurut sebagian orang nama Abu Amr itu nama
panggilannya. Beliau wafat di Kufah pada tahun 154 H. Kedua perawinya adalah
ad-Dury wafat pada tahun 246 H. dan as-Susy wafat pada tahun 261 H.
Asy-Syathiby mengatakan: “Imam
Maziny dipanggil orang-orang dengan nama Abu ‘Amr al-Bashry, ayahnya bernama
‘Ala, Menurunkan ilmunya pada Yahya al-Yazidy. Namanya terkenal bagaikan sungai
Evfrat. Orang yang paling shaleh diantara mereka, Abu Syua’ib atau as-Susy
berguru padanya.
g. Abu Ali Al- Kisa’i (w. 189 H) di Kufah
Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu
Hamzah, seorang imam nahwu golongan Kufah. Dipanggil dengan nama Abul Hasan,
menurut sebagiam orang disebut dengan nama Kisaiy karena memakai kisa
pada waktu ihram. Beliau wafat di Ranbawiyyah yaitu sebuah desa di Negeri Roy
ketika ia dalam perjalanan ke Khurasan bersama ar-Rasyid pada tahun 189 H.
Perawinya adalah Abul Harits wafat pada tahun 424 H, dan ad-Dury wafat tahun
246 H.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu tadwid adalah ilmu yang membahas tata cara mengucapkan setiap huruf
dari tewmpat keluarnya serta memberikan haq dan mustahaq dari
sifat-sifatnya,dalam hal ini kami menyoroti lebih detail lagi yaitu huruf ro
dan lam,sehingga nantinya dapat mengantarkan menjadi pedoman membaca al quran
yg baik dan benar yang dalam istilah ilmu al quran di sebut tartil.kami mencoba
menyajikan sedetail mungkin dari aspek sudut pandang ilmu tajwid,mahkkrijul
huruf,perbedaan menurut imam yg tujuh atau qiroah sabah,dan dari sudut pandang
perubahan kaliamat dari hukum yang berkaitan.
Dafatar Pustaka
Tajwid Pengarang KH. Imam Zarkasyi, Qa’idah bagaimana mestinya membaca Al Qur’an
untuk pelajaran permulaan, Diterbitkan oleh TRIMURTI PRESS Gontor Ponorogo
Dicetak oleh
percetakan TRIMURTI d.a Komplek Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur.
Qiro’ati Pengarang KH. Dahlan Salim Zarkasyi, Diterbitkan oleh Yayasan
Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin Semarang
Shorof Kitab amtsilati
tasyrifiah, Pengarang Syekh Muhammad Maksum bin Ali Diterbitkan oleh Al
Madinah
Komentar
Posting Komentar